Press "Enter" to skip to content

Aksi BBM Berakhir Ricuh, 15 Mahasiswa Ditangkap

Demonstrasi menolak kenaikan harga BBM yang digelar oleh Aliansi Mahasiswa Bergerak berakhir ricuh, Senin (19/9).

Aksi yang berlangsung di pelataran jalan menuju Bandara Sultan Babullah itu berlangsung sejak pagi hingga sore hari. Aksi berakhir ricuh akibat ada gesekan antara aparat kepolisian dan massa aksi. 15 mahasiswa ditangkap dan dipukuli aparat kepolisian pada aksi tersebut.

Baca Juga:

Ketua Dewan Mahasiswa (DEMA) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ternate, Sumit Robo mengatakan, mereka akan memboikot jalan menuju bandara dengan tujuan untuk menunjukan kepada pemerintah pusat atau daerah bahwa gerakan mereka tidak main-main.

“Kami memboikot jalan menuju bandara dengan tujuan untuk menunjukan kepada pemerintah bahwa kami tidak main-main dalam gerakan ini untuk menuntut pemerintah agar mendengar tuntutan-tuntutan kami soal kenaikan BBM yang saat ini terjadi,” ujarnya.

Sumit bilang, sejumlah mahasiswa sudah tidak percaya lagi kepada pemerintah, karena dengan kebijakan menaikkan harga BBM membuat seluruh rakyat merasakan dampaknya.

“Yang pastinya tuntutan kami kepada pemerintah adalah turunkan harga BBM, aksi boikot jalan menuju bandara Sultan Babullah ini adalah bentuk dari mosi ketidakpercayaan kami kepada pemerintah,” tuturnya.

Sementara itu, Risaldi Lamburu, Humas Aliansi Mahasiswa Bergerak menuturkan, penangkapan dan pemukulan 15 orang massa aksi yang dilakukan oleh pihak kepolisian merupakan tindakan melawan Hukum. Ia mengatakan aparat keamanan seharusnya tidak melakukan tindakan yang mencederai hak dalam menyampaikan pendapat di depan umum.

“Pemukulan dan penangkapan yang dilakukan aparat kepolisian adalah tindakan yang melawan hukum, polisi seharusnya menjaga keamanan bukan memukuli massa aksi, tindakan ini mencederai hak menyampaikan pendapat di depan umum,” jelasnya.

Baca Juga:

Ia menambahkan, pihak kepolisian yang menggunakan pakaian preman melempari batu ke arah massa aksi hingga memicu terjadinya caos. Ia mengatakan tindakan memprovokasi yang dilakukan aparat adalah perbuatan yang tidak mencerminkan profesionalisme kepolisian. Polisi seharusnya melindungi dan mengayomi bukan memukuli.

“Tadi sekitar pukul 4:00 terjadi caos. Saya melihat banyak pihak kepolisian yang berseragam preman melempar batu ke arah masa aksi. Ini menunjukan suatu tindakan yang inkonstitusional dan tidak profesional bagi seorang polisi. Katanya polisi adalah manusia yang melindungi mengayomi dan melayani tapi ko tindakannya seperti itu, ini perlu di pertanyakan,” sambungnya.

Perlu diketahui, sampai dengan saat ini 15 mahasiswa yang ditangkap masih ditahan di Polres Kota Ternate.


Liputan: Rifal Tomahutu | Mantra

Editor: Arjun Benteng

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *