Oleh: Fahmi Syahputra (Oey)
Nasyila
Dia kekasih ku, buah doa dari Tuhan ku
tujuh ratus tiga puluh hari
bertahan sebagai pemuja dan pendoa
dalam diam ku, saat sepi
saat tangan ku belum bersambut
Resah sempat menjadi musuh
kongkalikong antara sunyi dan bunyi
antara angin dan ombak yang menghantam batu karang
namun cinta ku memenuh di awang-awang
lewat kata di setiap malam
lewat surat yang kau baca
lewat kicau murai pagi
Sapa dan tatap matanya menjadi pujaan setiap hari
menghapus semua cemas
mengobati rindu di minggu lalu
harap ku pasti berbalas
kau tak perlu tahu
Nasyila Zahra
dia kekasih ku
rindu dan jawaban dari Tuhan ku
Hilang
Sebagian dari mereka memilih berdiam diri sendiri di sudut-sudut keramaian.
Sebagian dari mereka memilih bercumbu hangat di balik lampu temaram.
Ku kira aku yang jadi teman hidup mati mu.
Ternyata kita tak sepaham perihal Cinta.
Tawa kenangan adalah memori yang merayu setiap malam.
Kau bukan jantung hati ku.
Awal kita, kau percayakan seutuhnya pada ku.
Kau tak pernah meragu.
Meski kadang berat jalan yang kita lewati.
Kau tetap berupaya untuk meyakinkan.
Tentang mimpi-mimpi kita.
Dan,
entahlah
Ternyata kau hanya bagian dari perjalanan hidup.
Debar degup jantung hanya menjadi nada pengiring kisah palsu.
Lama waktu bersama ternyata hanya sulaman benang lapuk.
Kau bukan akhir kata, Seiya.
Aku Memilih Diam
Kau bilang kau suka hujan
sedang Kau berlindung dengan payung di bawah rinainya
kau bilang kau suka mawar
tapi Kau benci duri yang menggores lembut tangan mu
Kau bilang temani aku berlabuh hingga ke dermaga
kau selalu marah saat ombak menghantam karang
kau bilang bawa aku terbang ke langit malam
kau protes tiap kali bintang jatuh
Kau bilang kau suka pelangi
siang mu kehujanan kau berontak
kau bilang jarak menguatkan hati
kau selalu memaksa temu saat rindu
Aku suka kamu
tapi aku diam
Leave a Comment