Press "Enter" to skip to content

BPK Bersama Mahasiswa dan Warga Ekskavasi Benteng Fuerza Nueva

LPM Mantra–Melestarikan Benteng Fuerza Nueva Badan Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XXI Maluku Utara laksanakan ekskavasi penyelamatan benteng di Kelurahan Kastela Kecamatan Kota Ternate Pulau, Minggu (13/8).

Ketua TIM Ekskavasi Benteng Fuerza Nueva Irwansa mengungkapkan ekskavasi benteng  Fuerza Nueva adalah bagian dari upaya penyelamatan terhadap benteng yang sudah berusia 500 tahun ini. Dalam ekskavasi benteng untuk mengetahui sudut dinding terluar dari benteng serta bagaimana struktur benteng dan upaya perlindungannya kedepan.

“Dalam Ekskavasi ini, Kami membaginya dalam tiga kelompok untuk melakukan penggalian di tiga sudut, targetnya mencari dinding terluar, kalau waktunya cukup kita akan menyusuri semua dinding benteng. Kami sudah memulai sejak sabtu kemarin, kalau belum cukup waktunya kedepan mungkin ada upaya ekskavasi tahap 2, langkah lanjutan mungkin upaya yang kita lakukan adalah pembebasan lahan,”ungkapnya pada Mantra.

Ia mengaku dalam ekskavasi benteng peninggalan spanyol itu, melibatkan mahasiswa ilmu Sejarah Unkhair, warga Kelurahan Kastela, siswa SMK 4 Kota Ternate dan akademisi Unkhair.

“Dilibatkannya mahasiswa serta warga untuk memberikan informasi bahwa ada benteng yang dibangun 200 meter dari Benteng kastela, hingga bisa disosialisasikan kepada para mahasiswa dan warga lainnya, untuk pelestariannya akan ada tim master plan yang akan merancang pelestariannya untuk pengembangan dan pemanfaatan,” ukunya.

Ia bilang ekskavasi akan dilaksanakan selama 15 hari kedepan untuk menggali bagian benteng dan mencari beberapa lokasi dinding benteng. Sementara, ekskavasi yang dilaksanakan merupakan ekskavasi pertama yang digelar BPK.

“Dalam ekskavasi yang kita laksanakan kita menemukan sisa kalero yang merupakan bahan dasar pembuatan benteng, serta beberapa gerabah tua usianya sudah ratusan tahun,”tuturnya.

Menurutnya, melihat potensi Fuerza Nueva yang sangat besar perlu adanya kerjasama antara pemerintah Kota Ternate maupun pemprov untuk mengambil langka pelestarian dan pemanfaatan benteng hingga hasilnya bisa dinikmati oleh warga setempat.

“Dengan potensi sejarah yang sangat besar ini penguatan kerjasama antara lembaga di Malut perlu ditingkatkan,”pesannya.

Suasana Ekssavasi Benteng Fuerza Nueva. Foto: Mantra

Selain itu, Akademisi Unkhair Dr. Nurachman Irianto menjelaskan, Benteng yang jarang diketahui oleh banyak orang ini dikenal dengan nama Fuerza Nueva. Tentunya merupakan kekuatan baru bagi Spanyol yang menyerbu dan menguasai Ternate pada 1606. Benteng ini disebutkan dibangun pada 1606/1607 dan difungsikan pada 1609. Dan berakhir pada 1663, ketika Spanyol memilih meninggalkan Ternate di Maluku Utara dan pindah ke Manila di Filipina.

“Menurut van De Wall, dalam bukunya De Nederlandsche Oudheden In De Molukken, diterbitkan ‘s-Gravenhage: Martinus Nijhoff tahun 1928 yang mengutip Leonardo de Argensola, menyebutkan bahwa benteng Fuerza Nueva merupakan benteng Spanyol yang didirikan tahun 1609 oleh Juan de Esquivel atas perintah Pedro de Acuna. Benteng yang terletak di belakang benteng besar Gam Lamo. Hingga tahun 1928 masih dapat disaksikan reruntuhan bentengnya yang sebagian besarnya ditutupi oleh pasir,” jelasnya.

Dosen Sejarah Unkhair ini menuturkan, Benteng Fuerza Nueva merupakan salah satu cagar budaya peninggalan Spanyol (spain) yang belum banyak diketahui orang. Kata dia, benteng ini, dikenal dengan nama Fuerza Nueva yang artinya (Kekuatan Baru).

“Benteng ini dibangun setelah spanyol berhasil menguasai Ternate, kemudian dijadikan sebagai salah satu pusat pertahanan. Bahkan benteng ini juga menjadi saksi penyebaran ajaran Katolik di Nusantara,” katanya.

Alumni Doktor Arkeologi UGM  itu, juga menambahkan, bahwa benteng Fuerza Nueva di bangun untuk mengawasi aktivitas orang-orang Ternate pada abad XVII. Bahkan benteng ini pernah menjadi salah satu  benteng yang sangat berperan penting dalam perdagangan rempah diera itu. Namun setelah Spanyol mangkir dari Ternate benteng yang dibangun juga dirubuhkan.

”Benteng ini merupakan tempat yang tepat untuk mengawasi mobilitas orang-orang Ternate di abad XVII. Dari benteng ini dapat terlihat dengan jelas permukiman Foramadiahi yang terletak di seberang lembah sungai sebagai pemukiman lama Ternate,” tuturnya. 


Penulis: Tim Mantra

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *