Hanya bekas dos yang teratur siap dijual oleh pria tua, pria kelahiran Sanana itu melaksanakan tugasnya meraup dos di Trans Depo sampah Gamalama Ternate.
Pak Soleman 65 tahun, jalannya mulai terhuyung-huyung, rambutnya yang memutih tertutup dengan topi, sudah berjalan 4 bulan, mengaut dos di Trans Depo sampah Gamalama Ternate, (Mantra, 03/24).
“Kerja sini mulai dari bulan 11, sudah 4 bulan sampai sekarang,” tuturnya.
Wajah Soleman tampak sumringah ketika melihatku dengan sebuah kamera DSLR. Dengan rasa sungkan, pria tua itu minta dikenang oleh kamera milikku.
“Kamera ini langsung cetak? Bisa foto saya, mau bikin kenang-kenangan, kalau pernah kerja disini,” pungkasnya dengan tawa.
Pria tua itu tampak semangat ketika aku mengiyakan untuk difoto. Dengan langkah yang penuh hati-hati, Soleman pun bergegas ke dos yang biasanya ia kumpul.
Tidak hanya itu, usai mengambil foto Soleman juga bercerita bahwa, ia sama sekali tidak mengeluh dengan pekerjaannya sebagai perangkai dos. Dalam sehari Soleman bisa menghasilkan uang 50 ribu, dan paling sedikit hanya mendapatkan 30 ribu.
Uang yang dihasilkan Soleman hanya digunakan untuk makan. Kadang ia harus mengikat perut jika pembeli dos tidak datang, pria tua itu, akan bekerja di warung makan milik orang Manado, sembari menunggu kedatangan pembeli dos.
“Sudah dua hari ini, mobil truk yang membeli dos tidak datang, jadi beta (saya) jaga bantu kerja di warung makan dan dong (mereka) kasih saya makanan,” ucap Soleman.
Hasil keringat Soleman perkilo dibayar 800 rupiah, demi menyambung hidup, Soleman tidak pernah menyisihkan uang, lantaran harus membeli makanan.
“Kerja untuk makan, simpan tidak bisa pendapatan kecil jadi,” ungkap Soleman dengan suara ringan.
Reporter: Rifal Amir
Leave a Comment