Press "Enter" to skip to content

Opini: Bersikap Kritis dan Mewanti-wanti Teknologi

Oleh: Arjun Benteng (Mantra)

Berkat teknologi, berbagai kemudahan bergelimpang hampir di setiap dimensi kehidupan manusia. Kehadiran teknologi tak bedah juru selamat yang telah mengangkut banyak beban manusia dan memberikan berbagai keajaiban.

Saat ini misalnya, berkat teknologi media informasi digital, untuk membaca berita kita tidak harus minggat dari rumah dan menghampiri penjual koran dengan rupiah yang kita punya atau menunggu pengantar koran tiba seperti puluhan tahun lalu.

Tetapi hari ini, cukup dengan mengaitkan ponsel pintar kita dengan internet, berbagai informasi sudah terhidang dan kita bisa melumat banyak informasi tentang berbagai peristiwa yang terjadi beberapa menit silam. Ini sedikit bukti, betapa teknologi telah memberikan keajaiban besar dan telah menyihir kehidupan kita hari ini.

Namun teknologi tidak melulu tentang kemudahan. Setiap ciptaan dan temuan teknologi bukan tanpa aspek yang destruktif. Di balik keajaiban-keajaiban teknologi ada unsur kecelakaan yang harus diwaspadai.

Paul Virilio (1932), melihat teknologi selalu dalam The integral Accident. Bagi Virilio, dalam setiap temuan dan ciptaan teknologi terdapat kecelakaan yang integral di sana. Kita menciptakan kapal, lalu terjadi kecelakaan kapal. Kita menciptakan listrik, kemudian terjadi sengatan listrik.

Kecelakaan-kecelakaan yang disebabkan teknologi tidak hanya berupa kecelakaan fisik, tapi juga kecelakaan psikis dan kecelakaan-kecelakaan lain yang mungkin tidak kita sadari.

Ada laporan menarik dari Rusdi Muchtar (1979) tentang dampak kehadiran teknologi berupa media masa televisi pada masyarakat desa di Sulawesi Utara. Rusdi Muchtar–penulis kutip dari Jalaluddin Rakhamt (2012)–melaporkan:

“Sebelum ada televisi, orang biasanya pergi tidur malam sekitar pukul 8 dan bangun pagi sekali karena harus berangkat kerja di tempat yang jauh. Sesudah ada televisi, banyak di antara mereka, terutama muda-mudi yang sering menonton televisi sampai malam, telah mengubah kebiasaan rutin mereka. Penduduk desa yang tua-tua mengeluh karena mereka merasa anak-anak mereka menjadi lebih malas dan lebih sukar bekerja atau berangkat ke sekolah pada waktu dini. Demikian pula, kebanyakan mereka tidak dapat bekerja seperti dulu ketika televisi belum masuk (10 sampai 11 jam sehari). Mereka cenderung berangkat keladang mereka lebih siang dan pulanh lebih cepat”.

Apa yang bisa kita ambil dari laporan penelitian di atas adalah efek teknologi yang destruktif. Sebuah kecelakaan yang telah membelokkan jadwal dan rutinitas orang-orang.

Bila benar ada unsur kecelakaan yang integral dalam setiap ciptaan teknologi seperti anggapan Virilio, kehadiran teknologi dan inovasi yang terjadi di berbagai bidangnya harus kita lirik sisi destruktifnya dengan kritis, lalu mewanti-mewanti dampak teknologi secara holistis.

Kita jangan asal teriak, “Digitalisasi”, tanpa menelahnya terlebih dahulu mencari sisi destruktif dan melihat kecelakaan yang mungkin diakibatkan untuk kita waspadai.

Mungkin kita pernah melihat dari televisi tempat pengisian bensin di Amerika. Di tempat pengisian bensin mereka tidak ada pelayan yang mengisi bensin ke dalam tangki mobil, dan para pembelilah yang harus menekan angka liter. Angka liter yang ditekan pembeli langsung sampai di meja kasir. Para pembeli tinggal membayarnya di sana.

Coba bayangkan bila kita menerapkan hal serupa di Indonesia, akan terjadi sebuah kecelakaan besar karena banyak orang yang menjadi petugas pengisi bensin harus kehilangan pekerjaan mereka. Teknologi, alih-alih bisa menjadi sejenis kiamat.

[ ilustrasi: money kompas.com ]

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *