Press "Enter" to skip to content

RAJA KONOHA YANG MUBAZIR KEBIJAKAN

ANEKDOT

Konohagakure hidup sekelompok masyarakat yang dipimpin oleh seorang raja baru yang arif dan bijaksana. Masyarakat yang dipimpin oleh raja baru sangatlah masyhur dan terkenal sampai ke negeri lain. Namun, tidak berselang lama raja yang arif dan bijaksana tertimpa sebuah musibah dan harus meninggal dunia.

Jenazah raja dimakamkan, para menteri kerajaan berunding membicarakan tentang pergantian raja selanjutnya. Informasi ini tersebar kemana-kemana, hingga sampai ke telinga seorang Penyihir, Penyihir tersebut sangat tidak menyukai kepemimpinan raja baru arif dan bijaksana itu.

Informasi kematian sang Raja membuat Penyihir menjelma menjadi seorang pria yang gagah dan berani. Tujuannya ingin mempengaruhi pikiran dan hati permaisuri dan masyarakat dengan menjadikan Penyihir sebagai raja pengganti. Dengan iming-iming membawa kerajaan yang semakin masyhur.

Singkat cerita akhirnya permaisuri dan seluruh masyarakat di kerajaan mempercayai (termakan buaian) lelaki gagah itu (Penyihir), untuk menjadi raja agar kerajaan yang dipimpin menjadi lebih masyhur lagi. Dia pun diangkat/dilantik menjadi seorang raja baru di Konoha.

Akan tetapi, para menteri sudah mencurigai siapa sebenarnya pria gagah ini sedari awal.  Kecurigaan para menteri itu terdengar sampai ke telinga raja baru. Sehingga raja baru (Penyihir) mengganti/reshuffle jajaran menteri dan mengangkat menteri baru dari orang-orang tak becus yang, tidak memiliki kontribusi apa-apa terhadap kerajaan itu sebelumnya. Salah satu dari mereka kemudian diangkat sebagai gubernur di daerah kekuasaan kerajaan Konoha (rangkap jabatan) demi mengamankan kekuasaan raja baru. 

Konflik dan keanehan yang terjadi di kerajaan pun terdengar sampai ke telinga masyarakat dan menimbulkan Tanda Tanya Besar, “Apa sebenarnya yang terjadi di kerajaan?”

Raja baru dengan cepat mengadakan pertemuan dengan para menteri yang baru diangkat untuk membahas apa saja yang akan dilakukan untuk menepis tanda tanya besar dari masyarakat. Pertemuan tersebut menghasilkan berbagai macam kebijakan baru di kerajaan Konoha, yaitu:

  1. memberikan instruksi kerajaan kepada masyarakat untuk lebih aktif dalam mendukung perluasan wilayah tersebut dibanding mengurusi masalah kerajaan yang belum pasti kebenarannya.
  2. program makan siang gratis untuk seluruh masyarakat kerajaan Konoha.

Setelah Penyihir berhasil menepis isu buruk tentang kerajaan karena telah mencuri hati masyarakat, Penyihir diam-diam menggantikan seluruh gubernur dengan para penyihir yang lain dengan cara ditunjuk, tanpa musyawarah kerajaaan seperti dilakukan para pendahulu kerajaan Konoha.

Sementara raja sudah tidak lagi mementingkan kepentingan dan kebutuhan masyarakat kerajaan Konoha, tapi malah justru memperdulikan kondisi kerajaan yang lain dalam hal ini, raja baru Konoha telah menjadi juru bicara pada kerajaan lain.

Dengan kondisi yang semakin berantakan di internal Kerajaan Konoha, masyarakat kerajaan Konoha meminta raja baru (Penyihir) untuk mundur dari jabatannya. Namun, Raja tidak memperdulikan itu, malah sebaliknya raja memilih dan mengangkat pimpinan masyarakat dari tiga orang kepercayaan raja untuk mendamaikan kondisi yang terjadi. Dari perbuatan tersebut justru memicu konflik yang lebih besar di kerajaan Konoha.

Waktu terus berjalan konflik semakin menjadi-jadi. Masyarakat kerajaan Konoha menuntut dan memboikot seluruh aktivitas kerajaan Konoha, apabila raja baru tidak segera mengundurkan diri dari jabatanya.

Merespon tuntutan masyarakat kerajaan Konoha, raja baru (Penyihir) mengeluarkan kebijakan kerajaan untuk melakukan musyawarah pemilihan raja baru untuk menggantikannya. Sekali lagi, itu semua hanya iming-iming semata untuk menenangkan masyarakat kerajaan Konoha.

Pada akhirnya masyarakat menyadari bahwa semua ini hanya tipuan dari seorang Penyihir yang menjelma menjadi seorang pria gagah dan berani yang ingin menghancurkan kerajaan Konoha. Sehingga seluruh masyarakat di kerajaan konoha mengatakan “Jika hidup harus merasai, maka maju, serbu, serang, dan terjang sebagai solusi.”


Penulis: Rizky Ramli

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *