Pemuda Fitu menggelar kegiatan Bacarita Kampung dalam Rangka membicarakan isu lingkungan. Kegiatan bertajuk “Kepedulian Masyarakat terhadap Sosial dan Lingkungan Peresapan Air”, itu dihadiri dua akademisi Universitas Khairun (Unkhair) sebagai narasumber dalam mendis dialog masalah sosial dan lingkungan di Kantor Lurah Fitu, Ternate, pada Sabtu malam (02/07/2022).
Munculnya ruang diskusi terbuka yang diselenggarakan oleh pemuda Fitu itu, bagian dari kepedulian sosial dan lingkungan yang saat ini berdampak buruk bagi masyarakat Fitu, terutama lingkungan Kelurahan Fitu yang sering mengalami banjir. Dr. Syahrir Ibnu dan Gunawan Hartono Sp,M,Sc, adalah dua akademisi Unkhair yang diundang dalam kegiatan ini.
Syahrir Ibnu , Sosiolog Maluku Utara, mengatakan masalah sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat karena ketidakharmonisan kondisi individu maupun kelompok masyarakat yang terjalin dalam sebuah lingkungan, sehingga hal itu dapat mempengaruhi seluruh kondisi masyarakat tersebut.
“Dalam konteks manusia itulah, ada namanya masalah sosial yang terjadi di tengah-tengah kita. Masalah sosial dimaksud adalah segala bentuk yang tidak bersesuaian dengan kondisi individu atau kelompok yang terjalin dalam sebuah lingkungan, maka itu akan mempengaruhi kondisi masyarakat itu,” ucapnya.
Di sisi lain, Gunawan Hartono, dosen Fakultas Pertanian, ia mengatakan bahwa sebuah lahan yang sudah diambil habis oleh pemukiman dapat mengakibatkan limpasan air yang besar ketika terjadi hujan deras.
“Akibatnya apa, limpasan itu semakin besar ketika hujan satu jam atau setengah jam saja sudah banjir, ditambah dengan drainase yang buruk. Kenapa saya bilang drainase yang buruk, karena memang kepedulian masyarakat terhadap lingkungan minim. Saya ambil contoh, pernah di Kelurahan Jati, saya lihat warga di sekitar ketika terjadi hujan besar, langsung buang sampah di dalam got, nah ini akan berdampak got itu tersumbat menyebabkan banjir nanti,” tuturnya kepada hadirin.
Kegiatan dialog publik yang digagas oleh pemuda Fitu, merupakan wacana yang dibangun berdasarkan dampak-dampak yang telah terjadi di lingkungan mereka. Hal itu disebabkan oleh penggusuran atau penggalian lahan di lokasi pegunungan kawasan Fitu dan penimbunan lahan kebun kangkung di RT 01 Kelurahan Fitu sehingga menyebabkan banjir yang masuk di pemukiman warga.
“Dialog publik ini dalam arti Bacarita Kampung. Diangkat tema Kepedulian Masyarakat Terhadap Sosial dan Lingkungan Peresapan Air, karena pernah satu bulan yang lalu terjadi banjir sampai masuk di pemukiman warga. Itu karena ada penggalian lahan di bagian belakang (pegunungan Fitu), sehingga barangka dia dangkal tertutup semua. Yang kedua, penimbunan lahan kangkung ini juga berdampak banjir. Gara-gara masalah banjir ini, diangkat tema ini untuk bagaimana cara warga masyarakat untuk peduli hal-hal kaya bagini,’’ terang Iwan Idrus, ketua pemuda Fitu.
Jalannya Dialog Antara warga dan Pemantik Foto: Fadli Usman/Mantra
Sementara itu, Pak Asri, selaku seksi pemerintahan kelurahan Fitu mengapresiasi semangat pemuda Fitu dalam melakukan forum-forum atau kegiatan dialog publik. Pak Asri mengatakan, kegiatan diskusi terbuka yang diselenggarakan oleh pihak pemuda merupakan wahana yang baru ia rasakan semenjak menjadi seksi pemerintahan. Hadirnya dialog publik tersebut merupakan semangat pemuda dalam membuka ruang atau forum diskusi, sehingga tidak terjadi ketidaknyamanan antara pemerintah kelurahan dan masyarakat Fitu.
“Ini pertama kali saya rasakan di Fitu, semangat pemuda untuk membuka ruang-ruang publik sehingga tidak ada gap di antara pemerintah kelurahan dengan masyarakat. Semoga ada isu-isu lain atau tema-tema yang lebih trah, diangkat oleh teman-teman pemuda Fitu,’’ ucapnya.
Liputan : Fadli Usman | Mantra
Editor : Redaktur
Be First to Comment