Ada perasaan pilu yang merundung ketika melihat sekretariat kita yang sunyi dan terbengkalai. Apalagi saat mengetahui bahwa sudah lebih dari satu semester sekretariat kita tak lagi dihuni dan berantakan seperti ini, semakin menambah pilu.
“Apalah arti tempat ini?” Sepotong pertanyaan itu tiba-tiba saja menggeliat di benak saya saat sedang mengamati kondisi sekretariat kita yang tak lagi terurus dan berpenghuni. Lalu apa-apa yang pernah terjadi di tempat ini terkenang setelahnya: rencana-rencana yang kita rancang, tanggung jawab yang coba kita laksanakan, komunikasi dan kerja sama yang kita bangun, minat-minta yang coba kita kembangkan serta kekeluargaan yang coba kita eratkan.
Semua kegagalan dan keberhasilan yang menjadi pengalaman-pengalaman berharga yang pernah kita tuai dari tempat ini, semua itu mengendap dari ingatan saya untuk menegaskan betapa berartinya tempat ini.
Memang aktif di tempat ini tidak serta-merta membuat kita cepat wisuda. Tapi di tempat ini kita bisa membesarkan jiwa (kepemimpinan) kita. Karna di tempat ini kita tidak hanya ditempa sebagai mahasiswa yang punya ide, tapi juga mahasiswa yang punya otot. Mahasiswa yang tidak hanya bisa berpikir, tapi juga mahasiswa yang bisa memikul dan melaksanakan tanggung jawab.
Dan juga wawasan yang kita dapat dari tempat ini dan kegiatan-kegiatan yang kita mulai dari sini, memang sedikit banyak tidak bakal menunjang IPK kita. Tapi di tempat ini kita bisa merasa lebih berguna dan lebih bermakna. Karena kita diminta agar tidak hanya berilmu, tapi juga harus bisa penuh peduli, bisa bersimpati pada kondisi kampus atau lebih jauh lagi pada kondisi kehidupan sosial kita. Hampir tak ada kompetisi di sini, karena yang diutamakan adalah kerja sama.
Hal-hal itu bakal menebalkan kecerdasan interpersonal kita, membuat kita tidak semata-mata memikirkan ambisi dan kepentingan pribadi. Hal itu juga bakal menghubungkan kita dengan banyak orang. Relasi kita pun tidak hanya dengan orang-orang yang ada di kelas, dengan sesama angkatan semata. Kita bisa membangun hubungan interpersonal dengan banyak kalangan. Terdengar atraktif, bukan?
Kerja-kerja organisasi yang kita emban dari tempat ini, memang terasa berat dan merepotkan. Namun itu tidak lantas membebani dan menghalangi aktivitas perkuliahan kita. Malah itu membuat aktivitas kita di kampus tidak terlihat menjemukan, karena memberi kita kesempatan untuk mencoba melakukan hal lain yang dapat memperkaya kita dengan wawasan ataupun pengalaman. Rute kita pun tidak mentok pada kampus-kosan, kampus-kosan.
Tempat ini bisa melimpahkan kita dengan banyak cerita yang layak untuk diingat dan diceritakan kembali. Arus dinamika organisasi di tempat ini bisa melimpahkan kita dengan kisah-kisah yang penuh arti. Gelombang dinamika di sini bisa sangat menguji dan menantang kita.
Jika benar bahwa hidup yang tidak diuji atau hidup yang tidak dipertanyakan adalah hidup yang tidak pantas untuk dijalani, seperti yang dicetuskan Socrates, seorang filsuf klasik, tempat ini atau ormawa kita ini adalah tempat yang layak untuk dihampiri. Karena di sana kita benar-benar akan diuji. Identitas, fungsi dan tanggung jawab kita sebagai mahasiswa, hal ini bakal dipertanyakan dan dijawab dengan suatu tindakan konkret.
Mengingat perilaku pendidikan kita sekarang ini hanya berorientasi pada harta. Eh, maksud saya pada kerja. Hard skill dan soft skill adalah dua hal yang harus kita tabung sejak dini sebagai mata uang kita untuk memasuki dunia kerja setelah kita lepas landas dari dunia kampus. Dan soft skill, seperti kepemimpinan, manajemen dan komunikasi, itulah yang dijanjikan oleh wadah ini.
Maka sudah selayaknya wadah ini harus diberi ruh berupa kepedulian, dan mulai dibersihkan dari kepiluan. Karena aktivitas-aktivitas organisasi yang pernah dan akan dilakukan di sini itu semua masih relevan dengan tuntutan pendidikan kita sekarang ini.
Penulis: Arjun Benteng| Mantra
Editor: Tim Mantra
Leave a Comment