Toilet adalah salah satu tempat yang paling sering dikunjungi mahasiswa, selain taman, kantin, dan kos-kosan pacar tersayang atau indekos kekasih simpanan.
Banyak cerita atau perkara yang bermula dari toilet. Banyak pengalaman-pengalaman menyeramkan yang bermula dari situ atau cerita-cerita horor yang berlatar di tempat itu. Tapi tulisan ini bukan tentang hantu atau setan yang menampakkan diri di toilet, melainkan tentang sesuatu yang tidak kalah seramnya dengan setan.
Di kampus mana pun satu hal yang tidak boleh tidak ada adalah toilet karena itu adalah fasilitas dasar, karna itu adalah dermaga untuk melabuhkan tinja kita.
Di Fakultas Sastra atau sekarang FIB, kita memiliki lima toilet. Satu toilet dosen yang masih sering ‘diservis’ petugas kebersihan, sedangkan empat lainnya adalah toilet mahasiswa. Tapi dari keempat toilet mahasiswa demikian hanya dua yang masih bisa digunakan.
Kedua toilet mahasiswa itu tidak mendapat perhatian petugas kebersihan, mahasiswa harus dengan mandiri membersihkan toilet tersebut. Tapi hampir tak ada yang menuntut tentang perkara tersebut, hampir tak ada yang sudi membersihkan toilet tiap pekan walaupun toilet itu merupakan salah satu fasilitas terpenting kita.
Karna hampir tidak mendapat simpati dari pihak mana pun, dari pihak kampus ataupun mahasiswa, kondisi toilet itu terlihat sangat urakan dan membuat kita merinding tiap kali menengoknya ke dalam.
Sudah begitu, sialnya entah siapa sering meninggalkan dosa mereka di tempat itu, dosa berupa potongan tinja yang dibiarkan tergeletak begitu saja di atas kloset. Sekali lagi di atas kloset, bukan di dalam kloset.
Ada juga kotoran yang dibiarkan mengapung begitu saja oleh pemiliknya. Menjijikkan, tapi sudah berulang kali saya menjumpai sesuatu yang tak kalah seramnya dengan setan itu di toilet FIB. Sial, sial.
Jangan tanya saya potongan tinja itu bentuk dan rupanya seperti apa karena saya akan bilang seperti cinta, bentuk dan rupanya sulit digambarkan dengan kata-kata.
Jika di tempat berhantu kita sering mencium bau pandak, di toilet FIB dengan sesuatu yang tak kalah seramnya dengan setan itu, kita sering mencium bau kencing. Sialnya lagi toilet tersebut berada tepat di depan sekret kami, LPM Mantra. Nasib, nasib.
Selain kotor karena tidak terawat, toilet itu juga gelapnya minta ampun. Tak ada lampu di sana. Meski katamu dua bola mata kekasihmu amatlah kelam, tapi lebih kelam lagi dua toilet mahasiswa di FIB itu. Sumpah.
Karena gelap, mungkin ini adalah musabab mengapa ada potong tinja di atas kloset. Seseorang pasti pernah masuk ke toilet itu tapi lupa membawa penerang hingga ia tak bisa menentukan posisi duduk yang strategis ketika hendak melabuhkan tinjanya di dermaga tersebut. Tapi paling tidak setelah itu disiramlah. Seseorang tidak sedang berulang tahun dan butuh kejutan di tempat itu, jangan buat orang lain terkejut dengan potongan tinja kalian. Sialan, sialan.
Banyak mahasiswi di FIB yang lebih memilih untuk antre di toilet dosen, ketimbang harus uji nyali di toilet mahasiswa itu. Saya pernah menanyakan kepada beberapa mahasiswi mengapa mereka lebih memilih untuk antre di toilet dosen. Mereka bilang, mereka takut karena gelap. Karna saking gelapnya, kegelapan di toilet itu sudah menjelma menjadi setan yang ditakuti.
Sangat para kondisi toilet mahasiswa di FIB. Butuh operasi besar-besar berupa kerja sama untuk menyembuhkannya dari segalah dosa, kotoran dan kegelapan.
Rekan saya di LPM Mantra dan tetangga kami dari sekret Forum Studi Anak Sastra pernah menaruh peduli pada toilet tersebut karena prihatin. Tapi setelah dibersihkan dari segalah kotoran dan kegelapan, masih juga berbuat dosa di situ, masih bau kencing dan tahi karena tidak disiram setelah digunakan. Keparat, keparat.
Sekarang satu pintu dari dua toilet di FIB sudah terlihat miring ke dalam, sudah rusak. Bertambah lagi satu unek-unek tentang toilet di FIB.
Penulis : Ajun Benteng | Mantra
Leave a Comment