Press "Enter" to skip to content

Nasib Ungkapan Hati Perempuan

Seorang lelaki tidak hanya bebas mondar-mandir di luar rumah saat tengah malam tanpa mendapat stigma sedikit pun dari masyarakat, tapi juga bebas menembakkan isi hati atau mengajak kencan lawan jenis mereka. Berbeda dengan perempuan, mengajak kencan seorang lelaki sudah sesulit terbebas dari buah bibir masyarakat cuman karna perempuan berkelana di tengah malam.

Seperti tubuhnya yang dipasung di ruang domestik, begitu juga dengan isi hatinya yang tidak bisa berjalan jauh dari diam dan kata penantian. Lelaki, isi hati mereka, layaknya elang dengan langit terbuka. Sementara isi hati perempuan tak beda merpati yang hanya bisa bermain dalam sangkar. Indah namun tak bisa terbang jauh dengan sesuka.

Begitulah nasib isi hati perempuan, seakan ada rantai yang membelenggu atau larangan yang membatasi. Tapi ini rantai dan larangan siapa? Dari laki-laki atau perempuan? Ataukah ini dari langit?

Bisa mengajak lawan jenis mereka untuk berkencan, sepertinya ini sudah menjadi satu privilese atau hak istimewa para lelaki, karna hanya merekalah yang boleh meningkahi perempuan dengan isi hati mereka. Apa musababnya, ini cukup sulit untuk diterawang.

Orang-orang hampir tak punya dalil yang cukup untuk mengurung hati perempuan agar tidak melompat keluar dan mengajak. Tetapi menguat dalam masyarakat, bahwa lelaki adalah makhluk yang menanyai, mengajak, mendatangi atau yang menembak dan melamar.

Barangkali ini adalah ulah tangan dari kenakalan ideologi patriarki yang selama ini mengeras dalam masyarakat, sebuah ideologi yang senang menempatkan perempuan dalam inferioritas dan kepasifan; sebuah ideologi yang selama ini bersikeras mengikat perempuan di kasur, membekukannya di sumur, dan merantainya di dapur; sebuah ideologi yang mengklaim banyak peran untuk dirinya dan hanya memberi sedikit pada perempuan.

Lelaki tidak akan merasa gusar dalam kegelisahan sebuah penantian, karna mendatangi, mencari dan mengajak adalah milik mereka. Sementara perempuan harus tangguh dalam penantian; duduk dalam kesamaran menunggu kedatangan. Samar karna tak selalu pasti akan didatangi dan disandingi, bukan?

Hati lelaki bisa bertingkah dengan sesuka. Tapi perempuan hanya bisa menanti. Para lelaki dapat berlenggok mengajak, sementara perempuan hanya bisa bersolek dan menunggu untuk disambangi.

Menanti dan mendatangi, mengajak dan diajak ini hanya perluasan dari oposisi biner aktif/pasif, sebuah sistem yang coba membagi dunia dalam dua klasifikasi. Dalam konteks ini, oposisi biner tersebut menempatkan lelaki sebagai makhluk yang aktif sementara perempuan berada dipihak yang pasif. Sehingga menembak laki-laki itu bukanlah hal yang pantas dilakukan oleh perempuan.

Maka saya rasa ini tidak berlebihan bila kita berkata bahwa tidak salah lagi mengapa perempuan tidak bisa mengajak berkencan atau menembak laki-laki, ini karna peran-peran pasif dianggap milik perempuan supaya perempuan cukup menunggu di kamar, mendiamkan diri di rumah, dan tidak membawa tubuhnya menjauh dari ruang domestik. Apakah ini disenangi perempuan, ungkapan hatinya yang hanya bisa ditelan?

Perempuan hanya bisa menanti di atas menara sempit kerajaan, di paku pada kepasifan. Sementara lelaki adalah pangeran yang bertualang penuh kebebasan, begitu aktif bertingkah di luar sana.


Sumber Ilustrasi: Pixabay.com

Penulis : Arjun Benteng (Redaktur LPM Mantra FIB)

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *