Perkosaan Adalah Kejahatan Terhadap HAM dan Tidak Layak Dianggap Lebih Baik Dari Disintegrasi Negara
Pada Senin, 02 Desember 2019, sejumlah individu dan organisasi mahasiswa yang tergabung dalam Front Masyarakat Indonesia untuk Free West Papua (FMI-FWP) menggelar aksi di depan Kampus B Universitas Muhammadiyah Maluku Utara. Aksi ini lalu dibubarkan secara paksa dengan menggunakan kekerasan oleh sejumlah aparat gabungan TNI-Polri.
10 mahasiswa kemudian ditangkap dan ditahan di Polres Kota Ternate lebih dari 24 jam. Sejumlah mahasiswa lain mulai menggalang solidaritas untuk membebaskan kawan-kawan yang ditahan dengan menduduki dan bermalam di luar gedung Polres. Besoknya (Selasa, 03 Desember 2019), 10 mahasiswa yang ditahan dibebaskan setelah mendapatkan pendampingan hukum dari Maharani Caroline dari LBH Marimoi.
Pada Senin malam, 02 Desember 2019, saat teman-teman demonstran masih berada di balik jeruji, seorang aktivis mahasiswa mengunggah sebuah gambar yang menampilkan aktivitas diskusi bersama lima temannya yang lain di kantin FKIP Universitas Khairun (Unkhair), disertai dengan keterangan yang mengkritik gerakan tersebut dan membandingkannya dengan perkosaan yang dipandang lebih baik daripada memecahkan masalah NKRI.
“Lebih baik terjerat dalam kasus pemerkosaan dari pada memecahkan NKRI.., Demokrasi tak pernah gagal.”
(Kutipan screenshoot unggahan)
Unggahan ini kemudian mendapat reaksi dari teman-teman penyintas dan perempuan yang mengadvokasi kasus-kasus kekerasan seksual. Komentar teman-teman yang mempertanyakan dan meminta penjelasan serta permohonan maaf dari si pengunggah, justru ditanggapi dengan justifikasi yang irasional. Pengunggah tidak berupaya menjelaskan tapi justru menghakimi teman-teman yang berkomentar sebagai orang-orang yang tidak paham konteks dan menafsirkan unggahannya secara tekstual.
Apa yang dimaksud pengunggah sebagai teks dan konteks serta relevansinya dengan unggahan tersebut tidak mampu dijelaskan secara rasional. Menurutnya, perkosaan yang dimaksud di sini adalah teks, bukan praktik. Berulang kali kami mencoba membaca dan mendengarkan kembali agar bisa memahami ketololan penjelasan semacam itu, tapi berakhir dengan kebuntuan kami menjangkau nalar dangkal dan bejatnya.
Beberapa dari kami berupaya menjelaskan bahwa redaksinya sudah sangat jelas. Satu tambah satu sama dengan dua. Itu tidak butuh dijelaskan dan tidak akan menimbulkan multitafsir, kecuali si pengunggah memang sangat miskin diksi dan kosakata sehingga maksud hati hendak menuliskan prosa, ternyata akalnya setumpul dengkul, yang keluar justru kejelasan kalimat yang melukai para korban dan penyintas kekerasan seksual.
Selain itu, kami juga sudah berupaya menjelaskan bahwa unggahan tersebut telah menegasikan pengalaman dan traumatik psikologi korban kekerasan seksual, dengan kata lain, si pengunggah sudah melakukan reviktimisasi terhadap semua korban dan penyintas kekerasan seksual.
Bahwa apa yang dianggap sebagai lelucon dan permainan kata-kata oleh pengunggah, sesungguhnya merupakan bentuk kekerasan baru terhadap semua korban perkosaan. Bukannya meminta maaf, pengunggah justru masih keukeh mengulang-ulang penjelasannya seputar teks dan konteks.
Pengunggah kemudian menghubungi satu per satu teman perempuan yang menyebarkan screenshoot unggahan tersebut di media sosial (facebook) untuk bertemu dan melakukan klarifikasi di Kampus FKIP Universitas Khairun pada Hari Rabu, 04 Desember 2019. Ada sekitar lima teman perempuan dari Women’s March Ternate yang hadir. Ternyata pengunggah hadir bersama segerombolan teman lelakinya. Beberapa di antaranya merupakan orang-orang yang ada dalam gambar yang diunggah.
Sesaat sebelum klarifikasi dimulai, salah satu teman pengunggah mengancam forum jika berani mengambil gambar atau video. Klarifikasi berlangsung di bawah tekanan dan intimidasi massa pengunggah. Sekali lagi pengunggah tidak merasa bersalah dan/atau berupaya meminta maaf secara terbuka. Masih dengan kedunguan dan kebejatannya, pengunggah dan teman-temannya justru merasa benar dengan unggahan misoginis tersebut.
Maka berdasarkan pada kronologi kejadian di atas dan data terlampir, dengan ini Women’s March Ternate menyatakan sikap sebagai berikut:
- Mengecam kekerasan verbal yang dilakukan oleh Maryo Batali terhadap semua korban dan penyintas kekerasan seksual di akun facebooknya;
- Mengecam segala tindakan represi dan intimidasi yang dilakukan oleh Maryo Batali bersama segerombolan teman-temannya terhadap teman-teman perempuan dan laki-laki yang hadir dalam forum klarifikasi;
- Mendesak para pelaku untuk meminta maaf secara terbuka di media sosial dan secara langsung di dalam sebuah forum yang demokratis;
- Meminta organisasi dan lembaga pendidikan yang menaungi para pelaku untuk memberikan sanksi agar menjadi efek jera;
- WM mengecam tindakan barbarisme di lingkungan kmpus.
- Jika pelaku tidak meminta maaf secara terbuka, maka kami akan menempuh jalur litigasi dengan bukti-bukti yang ada.
Berikut beberapa data dan lampiran pernyataan sikap Women’s March Ternate.
Lampiran I (unggahan Maryo Batali)
Lampiran II (identitas pelaku dan bentuk pelecehan)
Nama : Ali Basalim Taufi
Bentuk Pelecehan : Verbal, “Perkosaan itu kebutuhan!”. Disampaikan secara langsung di dalam forum klarifikasi unggahan facebook Maryo Batali di FKIP Unkhair pada Rabu, 04 Desember 2019. Selain mengeluarkan kalimat bejat seperti di atas, Ali juga mengintimidasi forum dengan melarang merekam proses klarifikasi, “Ngoni rekam tu kita banting ngoni pe hp tu!” (“Kalian rekam akan saya banting hp kalian!).
Nama : Rifki R. Kasibit
Bentuk Pelecehan : Verbal, “YP dan EHK itu sok suci!” “Saya posting ngana pe foto dan tulis perempuan ini gila seks!” (diarahkan ke RJ). Disampaikan secara langsung di dalam forum klarifikasi unggahan facebook Maryo Batali di FKIP Unkhair pada Rabu, 04 Desember 2019.
Nama : Maryo Batali
Bentuk Kekerasan : Verbal, “Lebih baik terjerat dalam kasus pemerkosaan dari pada memecahkan NKRI.., Demokrasi tak pernah gagal.” Unggahan di facebook pada Senin, 02 Desember 2019.
Lampiran III (foto sidang klarifikasi)
Pernyataan ini disampaikan secara tertulis oleh pihak Women’s March Ternate yang diedarkan pada tanggal 5 Desember 2019.
Beritanya bagus